Monday, November 20, 2006

Femidom, bukti kegoisan laki-laki????



Sudah bukan rahasia lagi banyak laki-laki yang tidak suka memakai kondom saat berhubungan seksual.
Alasannya, dengan kondom kenikmatan dalam berhubungan seks menjadi berkurang, dan akhirnya mereka membiarkan ritual seksual yang satu ini berjalan tanpa adanya pengaman. Buruknya, banyak kaum pria yang enggan menggunakan kondom ini saat berhubungan dengan wanita yang bukan pasangannya. akibatnya, resiko penularan penyakit kelamin ke pasangannya akan semakin besar. Kalau sudah begini, maka siapa yang bisa disalahkan? Bahkan saat ini tercatat 43% kasus infeksi HIV di papua terjadi pada perempuan baik kalangan penjaja seks hingga ibu rumah tangga.
Menjawab hal tersebut, inovasi kondom wanita atau femidom pun mulai diciptakan. Tujuannya sudah pasti melindungi pasangan-pasangan dari kehamilan yang tak diinginkan, dan juga munculnya infeksi penyakit kelamin tadi.

Menambah gairah?
Bentuk femidom tidak berbeda jauh dengan bentuk kondom pria pada umumnya. Hanya saja, ukurannya lebih besar. Femidom berbentuk silinder dengan panjang 17 cm dan diamater sekitar 7 cm. Dikedua ujungnya, terdapat cincin yang terbuat dari polyuretan yang berguna untuk menghalangi sperma masuk ke dalam rahim.
Selain terbuat dari polyuretan, femidom juga ada yang berbahan latex. Untuk jenis yang satu ini, penghalang antara sperma dan mulut rahim terbuat dari busa halus yang bisa merangsang klitoris dan penis sehingga bisa meningkatkan gairah seksual pemakai dan pasangannya.
Perbedaan lainnya, jika kondom pria dianggap bisa mengurangi kegairahan, femidom disebutkan bisa meningkatkan gairah kedua pasangan pada saat melakukan hubungan.
namun masalahnya, apakah femidom ini bisa menambah gairah wanita jika dengan ukurannya yang cukup besar itu membuat wanita ngeri atau bahkan merasa tidak nyaman saat menggunakannya.
selain saya rasa bentuknya yang kurang nyaman, pemakaian femidom juga lebih rumit dibandingkan dengan kondom laki-laki. Untuk pemakaiannya, salah satu cincin bagian dalam dimasukkan ke dalam vagina dan ditempelkan ke mulut rahim, sementara sisi lainnya menahan posisi kondom di mulut vagina.
kelemahan lain, femidom lebih mahal dibandingkan kondom laki-laki. Jika kondom laki-laki dijual berkisar antara Rp.1500 keatas, maka femidom dijual seharga mulai dari Rp.15.000.
Selain itu, pemakain femidom pun tak bisa bebas melakukan hubungan dengan beragam gaya. Agar sperma tidak tumpah, para pasangan harus menggunakan gaya missionaries (konvensional), dan hindari posisi woman on top (padahal banyak wanita yang mengatakan posisi ini adalah posisi yang cukup nyaman bagi wanita).
Jadi, pertanyaannya kini, apakah femidom merupakan jawaban dari permasalahan? atau sumber pertanyaan baru tentang tingkat keegosian pria terhadap pasangannya? siapa yang tahu...............

Wednesday, October 11, 2006

I luv u mom

Ia jarang mengeluh, meskipun penderitaan sering menerpanya. masa selama 32 tahun dihabiskan untuk mengurus kami anak-anaknya yang seringkali membuatnya meneterskan air mata kesedihan. Namun, ia tetap tak mengeluh dan hanya diam menjalani semuanya.
Selama 27 tahun perjalanan hidupku, hanya dia yang selalu setia menemani dan mencintaiku selamanya. Siang, malam ia selalu setia menanti kedatanganku, meskipun lelah menyelimutinya.
Kadang, aku tak menyadarinya dan mungkin menyakiti hatinya. Hari ini, ketika kumulai rutinitas pekerjaanku, dan membaca salah satu postingan di milis yang aku ikuti, hatiku tersentak.

Tuhan, sudah seberapa sering pengorbanan ibuku padaku selama ini? seberapa besar kasih sayangnya padaku selama ini? TAK TERBATAS.
Lantas, sejauh mana pengorbanan dan kasih sayangku padanya? rasanya TIADA. Dibandingkan dengan apa yang telah diberikannya padaku.
Bahkan, aku baru menyadari, sudah sejak kemarin aku sama sekali tak menghubungi rumah, hanya sekedar untuk menanyakan kabarnya yang seringkali didera sakit lelah dan penebalan dinding jantung yang pernah dideritanya empat tahun silam.
Ratusan pertanyaan muncul dikepala, yang mungkin saat ini sudah jarang aku lakukan "Mama sehat?" "Sudah minum obat?" "Hari ini ngapain aja?"
Tapi ada satu kalimat yang selama ini selalu terlupa aku sampaikan padanya. Kalimat sederhan namun sulit terungkapkan. Kalimat yang mungkin menjadi pengobat kesal dan lelahnya selama ini, kalimat sesederhana "aku sayang padamu mah".
Hari ini, kemarin, esok, lusa, selamanya, dan sebelum aku terlambat mengucapkannya ketika mulutku tak mungkin lagi bergerak, hanya ada satu kata yang ingin kuucapkan saat itu. "I luv you mom"

JIKA SAAT INI KAU MASIH MERASA BERAT UNTUK MENGUCAPKAN KALIMAT ITU, MUNGKIN KUTIPAN TULISAN BERIKUT BISA MEMBUAT MULUTMU BERGERAK UNTUK MENGUCAPKANNYA.
(thanks buat pengirim tulisan ini)

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin.

Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
"Makanlah nak, aku tidak lapar"

----------KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan anaknya.

Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang
selera.
Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata:
"Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api.
Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus
kerja.
" Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental.
Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk
ibu sambil menyuruhnya minum.
Ibu berkata :"Minumlah nak, aku tidak haus!"

---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri.
Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka,
ibu berkata: "Saya tidak butuh cinta"

----------KEBOHONGA N IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut.
Ibu berkata : "Saya punya duit"

----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan.
Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa"

----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkenapenyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya.
Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini.
Tetapi ibu dengan tegarnya berkata :
"jangan menangis anakku,Aku tidak kesakitan"

----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

---ooOOOoo-- -

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu, dan terima kasih ayah ! "
Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.
Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari orang tua kita?
Cemas apakah orang tua kita sudah makan atau belum?
Cemas apakah orang tua kita sudah bahagia atau belum?

Apakah ini benar?
Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..

Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orang tua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" dikemudian hari.

Monday, September 25, 2006

Aku, puasa, dan keluargaku

Tahun ini, adalah tahun ke 20 aku menjalankan puasa. Gak kerasa ya, kalau ditotal udah hampir sekitar selama satu tahun delapan bulan puasa aku jalanin.
Hari pertama puasa kemarin, sengaja aku sahur dan berbuka bareng keluarga dirumah. (biasanya aku jarang pulang kerumah belakangan ini).

Pertama kali pulang, aku mesti jenguk kakak tertua ku dirumahnya yang sakit penyumbatan ginjal. Udah cukup lama juga gak ketemu dia, dan waktu lihat dia tidur dengan kondisi kakinya yang bengkak, gak kerasa air mata langsung jatuh. Ngerasa berdosa dan bersalah, itu mungkin yang pertama kali terasa. Soalnya, kakak ku yang satu ini, termasuk yang paling sayang sama aku sejak dulu. Tapi karena kerjaanku yang sok sibuk, akhirnya aku malah terkadang melupakan mereka.
Yang bisa kulakukan cuma duduk disampingnya yang lagi tidur dengan dengkurannya. Sambil berdoa dalam hati, gak kerasa air mata terus jatuh (emang cengeng kali ya :p).
Setelah ngobrol panjang lebar dan bertanya soal sakitnya, aku pamit pulang bareng mama, yang karena kepanikannya hingga lupa kalau esok adalah hari puasa pertama dimulai.
Setelah berbelanja dengan mama tercinta, aku yang sejak mulai bekerja dulu mulai malas ngurus pekerjaan rumah karena alasan lelah, mulai kembali turun kedapur (meski gak banyak banget yang bisa dibantu karena dasarnya gak bisa masak).
Ternyata, meskipun itu merupakan hal yang biasa, kulihat mama setengah terharu melihat aku mau membantunya. Sambil bercerita tentang masa kecilku yang selalu rajin membantunya, kita terus meracik masakan sambil kadang tertawa lebar.
Malam itu pula, usai tarawih aku telpon kakak keduaku, untuk datang kerumah menengok mama yang memang tak pernah memaksa anaknya datang kerumah kalau bukan karena keinginan mereka itu.
Usai persiapan sahur, malamnya aku dan mama yang sejak dulu memang sangat akrab (duet maut, kalau kata papa ku bilang) ngobrol sampe pukul 01.00wib. “Mi, udah jam satu neng, bade bobo tabuh sabaraha?” ujar si mama sambil tertawa, sebelum akhirnya kita tertidur nyenyak.
Pukul 03.00wib, aku terbangun karena sms teman yang mengingatkan untuk bangun sahur. (karena anak kost, biasanya aku memang mengandalkan jasa teman untuk membangunkan waktu sahur). Kulihat mama masih tertidur dengan wajah yang lelah. Tak tega membangunkannya, akupun beranjak ke dapur menyiapkan santap sahur buat sekeluarga. Saat tengah menggoreng-goreng, ia terbangun dan langsung mengambil alih semuanya, meskipun aku setengah memaksa untuk menyelesaikannya.
Saat santap sahur, papa mulai membuka obrolan dengan bercerita kisah puasa tahun-tahun sebelumnya. “Dulu papa suka nggak tega liat Mia yang suka nempelin perut ke lantai biar dingin kalau tengah hari bolong waktu puasa,” ujarnya sambil terus menceritakan kisah-kisah dan tingkah polah anak-anaknya dibulan puasa.
Puasa hari pertama kemarin, benar-benar tak terasa olehku. Berada ditengah keluarga, telah membuat aku bisa melewati beratnya hari tanpa keluhan.
Saat bedug maghrib puasa haru pertama dipukul, yang pertama kulakukan hanyalah membatalkan puasa dengan segelas air putih, dan langsung menatap satu persatu wajah keluargaku.
Aku memang hanya terdiam, namun dalam hati aku merasa bahwa aku sangat rindu mereka. Meski terkadang membuat kesal dan marah, tapi mereka tetaplah nafas dalam hidupku. Mereka pulalah yang selama ini telah membuatku bertahan dalam menjalankan semuanya.
Aku, puasa dan keluargaku telah menyadarkanku akan kerinduanku pada kebersamaan kami.

Tuesday, September 05, 2006

Aku menulis diatas pasir untuk sahabatku

Dalam hidupku, yang paling terpenting adalah keluarga dan sahabat-sahabatku. Aku akan rela berbuat apapun demi mereka, meski itu akan menyakiti diriku. Kadang terjadi konflik antara kami, namun aku tetap menyayangi mereka. Satu hal yang pasti, hal itu tak akan menyurutkan persahabatan kami. Karena pada dasarnya, aku tak bisa membenci sahabatku, meskipun besarnya rasa sakitku. Untuk semua sahabatku, yang tahu dan tak tahu betapa aku menyayangi mereka, aku menulis diatas pasir untuk kau yang benar-benar sahabatku. Seperti halnya kisah dalam cerita berikut ini.

"Ini sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi padang gurun.dalam perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya.
Orang yang kena tampar merasa sakit hati tapi dengan tanpa berkata-kata dia menulis di atas pasir; HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU. Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, di mana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuah batu; HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU.
Orang yang menolong dan menampar sahabatnya bertanya, "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya diatas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?" Temannya sambil tersenyum menjawab, "Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya diatas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin." Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik dengan suami /isteri, kekasih, adik / kakak, karena sudut pandang yang berbeda.
Oleh karenanya cobalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah lalu. Manfaat positif dari continuous relationship mungkin sekali jauh lebih besar ketimbang kekecewaan masa lalu.
Nobody's perfect.

Friday, July 14, 2006

99% kemarahan dalam diri kita diluapkan pada orang yang kita sayangi

Percaya atau tidak, namun kenyataannya terjadi dalam kehidupan kita. Berdasarkan hasil riset menunjukkan bahwa sebanyak 99% kemarahan yang ada dalam diri kita, selalu diluapkan kepada orang yang kita sayangi.
hal ini bisa saja disebut normal, karena berbagai alasan. seperti misalnya sudah tidak ada lagi rasa canggung untuk mengungkapkan perasaan pada orang yang kita sayangi, atau bahkan dengan alasan kita sudah tidak lagi bertopeng dihadapannya.
terkadang, alasan-alasan tersebut membuat kita lupa bahwa hal tersebut bisa melukai perasaan mereka, karena emosi yang sudah meluap, maka kita akan menganggap wajar ia bisa menerima sifat kita yang sebenarnya. Luapan kemarahan, kemudian berujung pada kata-kata kasar, cacian, dan hinaan terlontar dengan mudah dari mulut kita. Tak peduli siapa yang salah, yang penting emosi tersalurkan.
Ada sebuah tulisan yang menyadarkan saya tentang kata-kata kasar yang mungkin sering saya lontarkan pada mereka-mereka yang saya sayangi.


Cerita ini dialami oleh seorang ibu. Rosa namanya. Ia bercerita begini:
Saya menabrak seorang yang tidak dikenal di jalan. "Oh, maafkan saya" adalah reaksi saya.
Ia berkata, "Maafkan saya juga; Saya tidak melihat Anda." Orang tidak dikenal itu, juga saya, berlaku sangat sopan. Akhirnya kami berpisah dan mengucapkan selamat tinggal.
Namun cerita lainnya terjadi di rumah, Pada hari itu juga, saat saya tengah memasak makan malam, anak lelaki saya berdiri diam-diam di samping saya. Ketika saya berbalik, hampir saja saya membuatnya jatuh. "Minggir," kata saya dengan marah. Ia pergi, ia terlihat kecewa.
Saya tidak menyadari betapa kasarnya kata-kata saya kepadanya.
Ketika saya berbaring di tempat tidur, sekilas terdengar sebuah bisikan yang berbicara pada saya, "Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan, tetapi anak-anak yang engkau kasihi, sepertinya engkau perlakukan dengan sewenang-wenang. Coba lihat ke lantai dapur, engkau akan menemukan beberapa kuntum bunga dekat pintu. "Bunga-bunga tersebut telah dipetik sendiri oleh anakmu; merah muda, kuning dan biru. Anakmu berdiri tanpa suara supaya tidak menggagalkan kejutan yang akan ia buat bagimu, dan kamu bahkan tidak melihat matanya yang basah saat itu."
Seketika aku merasa malu, dan sekarang air mataku mulai menetes. Saya pelan-pelan pergi ke kamar anak saya dan berlutut di dekat tempat tidurnya, "Bangun, nak, bangun," kataku. "Apakah bunga-bunga ini engkau petik untuk ibu?" Ia tersenyum, " Aku menemukannya jatuh dari pohon. ".
"Aku mengambil bunga-bunga ini karena mereka cantik seperti Ibu. Aku tahu Ibu akan menyukainya, terutama yang berwarna biru." Aku berkata, "Anakku, Ibu sangat menyesal karena telah kasar padamu; Ibu seharusnya tidak membentakmu seperti tadi."
Si kecilku berkata, "Oh, Ibu, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu." Aku pun membalas, "Anakku, aku mencintaimu juga, dan aku benar-benar menyukai bunga-bunga ini, apalagi yang biru."
Apakah anda menyadari bahwa jika kita mati besok, perusahaan di mana kita bekerja sekarang bisa saja, dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari? orang ditengah jalan yang telah kita perlakukan dengan sangat sopan, akan dengan cepat melupakan kita setelah pertemuan sejenak itu? Akan tetapi orang-orang yang kita sayangi, yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka?

Jika sampai hari ini Anda masih melontarkan kata-kata kasar pada orang-orang terkasih Anda, mulailah menyadari bahwa saat ia diam dalam kemarahan Anda, itu karena besarnya perasaan sayangnya pada diri Anda.

Wednesday, July 12, 2006

Para eks partner

Eks Tabloid Bisnis Uang Eks Goal
Eks Merdeka

Thursday, July 06, 2006

Notebook : really romantic film that i ever seen

Pemain : Ryan Gosling, Rachel McAdams, James Garner, Gena Rowlands, James Marsden, Kevin Connolly, Sam Shepard, dan Joan Allen.
Cinta bisa bersemi dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja. Cinta tak kenal waktu, tempat, dan cintapun tak kenal golongan. Ia hadir dalam hati siapapun dan terkadang memaksa masuk meski dihindari. Dan saat cinta itu hadir bahkan kematian lah yang akhirnya bisa memisahkan mereka. Tema inilah yang ingin diangkat dalam film Notebook garapan Nick Cassavetes Notebook. Dalam film yang berlatar belakang kehidupan di tahun 1940-an ini, Cassavete berupaya mengadaptasi dari novel terlaris karya Nicholas Spark.

Cerita berawal dari liburan musim panas Allison Hamilton (Rachel McAdams) ke sebuah kota kecil di Seabrook. Dalam liburannya tersebut, Allie bertemu dengan Noah Calhoun (Ryan Gosling) yang bekerja disebuah pabrik pertukangan yang jatuh cinta padanya. Allie yang awalnya tidak menyukai sikap Noah akhirnya menjadi cinta setengah mati padanya dan merekapun mulai menjalin hubungan yang serius. Namun hubungan itu mendapatkan halangan dari orang tua Allie yang menganggap status Noah tidak sesuai dengan derajat keluarga mereka.
Akhirnya mereka harus berpisah dengan pertengkaran saat liburan musim panas yang belum selesai namun Allie dipaksa pulang oleh kedua orang tuanya. Noah yang masih sangat mencintai Allie terus mengirimkan surat pada Allie setiap harinya, namun surat tersebut tidak pernah sampai ketangan Allie karena selalu disembunyikan oleh ibu Allie.
Akhirnya merekapun menjalani kehidupan masing-masing, Noah pergi menjalani wajib militer, sementara Allie yang menjaid sukarelawan dibarak tentara mulai jatuh cinta pada Lon Hammond (James Garner) hingga ia memutuskan untuk berubah.
Dihari terakhir masa lajangnya, Allie melihat photo Noah didepan rumah yang selama ini menjadi impian mereka berdua. Seketika iapun pingsan dan mulai merasa ragu dnegan pernikahannya tersebut. Akhirnya Allie memutuskan untuk kembali ke Seabrook untuk menemui Noah, akhirnya kisah cintapun kembali bersemi.
Allie yang dihadapkan pada kenyataan yang besar dimana harus memilih diantara dua pria yang dicintainya, akhirnya kembali pada pelukan Noah yang selama ini selalu dicintainya. Dan Lon akhirnya menerima keputusan tersebut dengan berat hati, karena pada dasarnya ia memang sangat mencintai Allie.
Pernikahan mereka berjalan bahagia dan merekapun dikaruniai keluarga yang bahagia. Namun diusianya yang menjelang tua, Allie terserang penyakit yang membuatnya lupa akan segalanya, dan bahkan ia sama sekali tidak mengingat keluarganya. Noah dengan rasa cintanya selalu berusaha mendampingi Allie meskipun Allie tidak mengenalinya, dan saat anak-anak mereka merasa menyerah dengan kondisi ibunya.
Untuk kembali mengingatkan Allie akan dirinya, Noah selalu membacakan buku catatan yang dituli mereka berdua tentang perjalan dan kisah cinta yang mereka lalui selama ini. Terkadang Allie kembali mengingat segalanya saat Noah membacakan buku catatan tersebut, namun akhirnya ia kembali pada kepikunannya itu. Diakhir cerita, Noah yang terkena serangan jantung masih berusaha untuk mendampingi istrinya tersebut, saat ia menghampiri kamar Allie yang mengenalinya, mereka sama-sama merasa sedih dan bahagia bersama. Disaat terakhir mereka berharap cinta bisa membuat mereka menerima kematian dengan bersamaan. Tak lama kemudian, suster yang ingin memeriksa keadaan Allie menemukan tubuh Noah dan Allie yang sedang berpegangan tangan sudah tidak lagi bernyawa.
Film drama romantis ini menyajikan betapa kekuatan cinta bisa membuat orang berbuat apa saja demi orang yang dicintainya. Dan pepatah yang mengatakan bahwa hanya kematian yang bisa memisahkan sepasang kekasih yang dilanda cinta adalah hal yang sangat mungkin terjadi.

Thursday, June 15, 2006

time is over

"kalau memang dunia tak cukup untuk kita berdua, biarlah aku yang mengalah meninggalkannya. ini bukan rasa suka, ini bukan cinta, namun inilah rasa sayangku, hingga aku rela untuk kehilangan"

Tuesday, June 13, 2006

perempuan dimata perempuan

perempuan...
siapakah engkau?
bagaimanakah engkau?
perempuan.....
lemahkah engkau?
seperti yang sering ditiupkan angin lewat semilirnya..
perempuan......
kejamkah engkau?
ketika cemburu menodaimu
seperti yang sering dialirkan air lewat hulunya
perempuan...
hinakah engkau?
ketika cinta merasukimu,
dan menjatuhkanmu dalam kenistaan
karena rasa cinta tak bersyarat
seperti yang sering dialunkan musik lewat iramanya
perempuan...
apakah engkau perempuan?
apakah aku perempuan?
ataukah hanya seonggok perempuan dimata perempuan?


Membicarakan hakekat dan kodrat perempuan memang tak akan pernah akan ada habisnya sampai kapanpun. Sejak masa Hawa diturunkan setelah turunnya Adam kemuka bumi ini, hakaket perempuan memang selalu berada dibawah laki-laki. Hingga akhirnya dunia sudah memasuki era moderanisasi dan juga kemajuan yang luarbiasa, namun masalah genderisasi seakan tak pernah lekang dimakan waktu.
Symbol sebagai mahluk kelas kedua setelah pria telah membuat perempuan banyak kehilangan hak-hak suara dan tindakannya dimata pria.
Saat perempuan meneriakkan sebuah kata emansipasi, tatapan sinis masih tampak dari wajah sang lawan jenis. Rancangan undang-undang anti pornografi dan pornoaksi yang sebenarnya enggan saya jamah disinipun, kental dengan pengekangan terhadap hak-hak ekspresi seorang perempuan. Kontroversi seputar pro kontra pemberlakuan calon undang-undang baru inipun terus bergulir hingga saat ini.
Belum lagi tindak kekerasan pada perempuan seolah menjadi bumbu pelengkap kelemahan perempuan dibawah kekuasaan kaum pria.
Akankah perjuangan Kartini ikut terkubur saat jasad sang pejuang wanita tersebut terkubur didalam bumi? Atau mungkinkah akan muncul Kartini-Kartini baru yang tak lagi beratribut kebaya ditubuhnya. Entahlah.
Adilkah?
Saat pria dianggap wajar berpoligami, maka wanita berpoliandri dianggap seorang perempuan haus sex yang tak layak hidup dimasyarakat. Bahkan, bagi perempuan-perempuan peselingkuhan pria-pria hidung belang, mengalami hal yang lebih tidak manusiawi lagi. Julukan mulai dari perempuan nakal, jalang, binal hingga pelacur dengan mudahnya keluar dari para penghakim sosial tanpa jubah itu.
Saat pria peselingkuh bisa kembali dengan mudah kembali kepangkuan sang istri yang ikhlas menerimanya, maka mungkinkah sang suami bisa berlapang dada melakukan hal yang serupa pada istrinya yang berselingkuh?
Adil atau tak adil, tapi itulah kenyataan. Setuju atau tidak setuju, tapi itulah yang ada didepan mata kita bukan? Kalau kebetulan Anda seorang pria yang membaca tulisan ini mengatakan bahwa saya berpikir secara sepihak karena saya perempuan, maka tolong Anda renungkan, apakah pemikiran saya ini adalah sesuatu yang salah?
Musuh terbesar wanita
Perempuan memang kerap berpikir dengan perasaannya dibandingkan dengan logikanya.
Hal tersebutlah yang kemudian menjadi bumerang mereka, saat mereka dihadapkan dengan masalah yang dilematis. Terutama dalam urusan cinta. Karena unsur perasaan inilah, akhirnya lebih banyak wanita yang patah hati dan terlalu larut dalam kisah cinta, dibandingkan laki-laki. Bahkan karena perasaannya inilah, banyak perempuan yang rela menjadi perempuan kedua karena perasaan yang bernama cinta? Ironisnya.
Kalau banyak orang berkata bahwa pria menjadi musuh terbesar wanita saat kehancuran menimpanya. Bagi saya, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Karena pada dasarnya banyak wanita yang lebih menderita karena perlakuan wanita lain. Sebut saja nasib si istri tua karena perlakuan sang istri muda, atau kebalikannya.
Bahkan umpatan pelacur, wanita jalang, binal, lebih sering keluar dari seorang mulut perempuan kepada pesaingnya, dibandingkan dari mulut seorang pria kepada seorang perempuan. Pernahkah kita berpikir pada saat umpatan tersebut kita lontarkan, apakah kita adalah perempuan yang lebih baik darinya?
Kalau sampai saat ini, kita sebagai perempuan masih memandang sinis pada perempuan-perempuan penjaja cinta, dan perempuan kedua yang terbelenggu karena cinta, sudah sepantasnya kita bertanya pada diri kita sendiri, apakah kita sudah menjadi perempuan dimata perempuan?

Saturday, June 10, 2006

really touching story (karena cerita ini, saya jadi lebih menghargai persaudaraan, persahabatan, dan makin mencintai keluarga dan sahabatku)



Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit.Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Yangmencintaiku lebih daripada aku mencintainya. Suatu ketika, untukmembeli sebuah sapu tangan yang manasemua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri limapuluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuatadikku dan aku berlutut didepan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yangmencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untukberbicara. Ayah tidakmendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalaubegitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itutingi-tinggi. Tiba-tiba,adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliaukehabisan napas.Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi,"Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apalagi yang akan kamu lakukan dimasa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.

Dipertengahan malam itu, saya tiba-tibamulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangankecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanyasudah terjadi." Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memilikicukup keberanian untuk maju mengaku.Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatanseperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketikaia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ialulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, sayaditerima untuk masuk ke sebuah universitas provinsi.Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya,bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kitamemberikan hasil yang begitu baik,hasil yang begitu baik" Ibu mengusapair matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimanamungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata,"Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membacabanyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku padawajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya?Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akanmenyekolahkan kamu berdua sampai selesai!" Dan begitu kemudian iamengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Akumenjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yangmembengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskansekolahnya. Kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurangkemiskinanini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan keuniversitas.Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikkumeninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikitkacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku danmeninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk keuniversitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja danmengirimu uang." Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku,dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang.Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahkupinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan darimengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnyasampai ke tahun ketiga. Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku,ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang pendudukdusun menunggumu di luar sana!" Mengapa ada seorang penduduk dusunmencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruhbadannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya,"Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akanmereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidakakan menertawakanmu?"Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapudebu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku,"Aku tidak perduli omongan siapa pun!Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana punpenampilanmu..."Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu.Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semuagadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku kedalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahunitu, ia berusia 20. Aku 23.Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecahtelah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarkupulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidakperlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awaluntuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka padatangannya? Ia terlukaketika memasang kaca jendela baru itu." Aku masuk ke dalam ruangankecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasamenusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalutlukanya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya."Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasikonstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itutidak menghentikanku bekerja dan."Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhkumemunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26. Ketika aku menikah, aku tinggaldi kota. Banyak kalisuamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggalbersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan,sekali meninggalkan dusun, mereka tidakakan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan,"Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikkumendapatkan pekerjaan sebagai manajer padadepartemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Iabersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.Suatu hari, adikku di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuahkabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.Suamiku dan aku pergi menjenguknya.Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamumenolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukansesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yangbegitu serius. Mengapa kamu tidakmau mendengar kami sebelumnya?" Dengan tampang yang serius padawajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar --ia baru sajajadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadimanajer seperti itu, berita seperti apa yang akandikirimkan?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluarkata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan jugakarena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggamtanganku.Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29. Adikku kemudian berusia 30 ketikaia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acarapernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapayang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir iamenjawab, "Kakakku." Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuahkisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD,ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan sayaberjalan selama dua jam untuk pergi kesekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu darisarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanyamemakai satu saja dan berjalansejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetarankarena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegangsumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah,selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkanperhatiannya kepadaku.Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini,di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Friday, June 09, 2006

my favourite song (for someone out there)

Truly

Babe, tell me only this
That I have your heart
For always
And you, want me by your side
Wispering the words, I'll always love you

And forever
I will be your lover
And I know if you really care
I will always be there

Babe,
I need to tell you this
There's no other love... like your love
And I as long as I live
I'll give you all the joy my heart and soul can give

Let me hold you
I need to have you near me
And I feel with you in my arms
This love will last forever

Reff : Because I'm truly
Truly in love with you, babe
I'm truly
Head over heals with your love
I need you
And with your love I'm free
And truly
You know you're alright with me

my feel



kuhanya ingin diam saat ungkapkan perasaanku
agar kau mengerti betapa rasaku
kuhanya ingin diam saat kau lukai hatiku dengan segala sikap dan lisanmu
agar kau tahu betapa cintaku
kuhanya ingin diam
saat kau tinggalkanku dengan segala kenangan pahit dan manis yang mungkintak pernah kau kau rasakan namun kuresapi.
karena hanya dalam diam kubisa rasakan semua rasamu, yang tak pernah nyata dan mungkin tak pernah kaurasakan dan hanya kuangankan
________________

cinta membiusku dengan kasih sayang tak pamrih,...
menempaku dengan pengorbanan tak berbelas,....
menghujaniku dengan keikhlasan tak berujung,...
merayuku dengan sentuhan nafsu tak berakhir,....
memapahku dalam kebahagiaan semu,....
bahkan ia mencambukku dengan kegelisahan tanpa batas
_____________

aroma itu kembali menyengat ketika kuinginmelupakan,...
sentuhan itu kembali terasa saat kupupuk benciku,....
tatapan itu kembali menusuk saat kujauhkan diri,...
pelukan itu kembali hangat saat dingin mulaiku ciptakan
wajah itu kembali hadi setiap kali kubangun tembokku,..
ketika kuciptakan benciku,...
cintaku selalu datang meruntuhkannya..
_____________

gelapnya langit ternyata bukan karenamu,..
meluapnya laut ternyata bukan karena kepergianmu,...
hancurnya hatikupun ternyata bukan karenamu,....
karena semuanya bukanlah hanya tentangmu....

friends


dikawinan leni, setelah ngerayain ultah pertama Merdeka

its my life

cintaku cinta platonis
yang kutahu tak akan bersambut
dan tak mungkin melangkah bersama
ia begitu jauh,
teramat jauh
dari gapaian tangan-tangan kerdilku
demikian jauhnya
hingga aku hanya bisa terkesima melihat sosoknya
tanpa bisa berbuat apa-apa
memandangnya dari kejauhan
terasa cukup mengobati dendam rindu yang membakar jiwaku
dari sudut tempat kuberpijak
kuharap dapat mencermati segala keindahan dirinya

-------------------


banyak rasa telah kureguk
banyak keluh telah kulempar
pada sebuah jiwa yang kosong

banyak angan kuhapuskan
berjuta asa kutepiskan
saat nyata mengikatku
saat sesat menghadangku

saat yang kugapai hanya bayang
aku merasa melayang
dalam dunia semu
dengan dinding nelangsa membentengi

--------------


jika aku tak pernah dilahirkan
akankah sendiri ini terasakan?
akankah tangis ini terhirupkan?
akankah keterasingan ini ternikmati?
namun jika itu semua akan menimpamu
biarlah aku yang terlahirkan

---------------


saat cermin mulai berdusta
tak ada yang terlihat nyata
nuranipun hanya dapat menyimpan rasa
saat kupalingkan muka
yang terlihat hanyalah keterasingan
yang gamang akan kesendirian
saat ingin kembali berjiwa
yang terlihat hanyalah sepotong raga,
asing....
dan sempat terlupa

-------------------

sukmaku serasa terbang dari ragaku
kian jauh dan enggan kembali,
hingga kekosongan kian menyedak.
Akankah kebahagiaan mendekap
Menyibak tabir kesedihan yang kian menebal
ribuan detik telah kulewati
namun alienasi itu
masih tak mampu aku hindari

--------------------

waktu
waktu itu terus berlalu
matahari dan bulan
tak akan mungkin menunggu
satu demi satu hari kita lalui
esok,....
kenangan itu,....
saat-saat itu,....
masa lalu itu,....
akan terasa lebih indah
buat kau tangisi,
buat kau tertawai,
buat kau renungi,
buat kau jadikan arti

--------------------

penat, lelah, resah
bilakah nirwana menyapa?
Menanggalkan segala kegelisahan
Sesaat ingin terpejam
Melupakan kefanaan
Menyentuh kedamaian

---------------

Aku bermimpi kegetiran
Aku bermimpi kefanaan
Aku bermimpi kesepian
Aku bermimpi keterasingan
Namun ternyata
Itu semua kenyataan

--------------------

Saat waktuku telah tiba
Aku tak ingin ada kesedihan
Karena aku
Takkan mampu menghentikannya

---------------

Kucoba selami jiwa
Tuk menguak hasrat hati
Namun
Yang terlihat
Hanyalah
Keterasingan
Yang gamang akan kesendirian

----------------

Salahkah aku?
Dengan segala rasa ini?
Kucoba tepiskan rasa dan asa ini
Tapi ternyata
Cintaku lebih besar dari yang kubayangkan

------------------

Akankah dunia berhenti berputar
Disaat airmata telah mengering…….
Disaat tawa terlupakan
Rindukah aku?
Bencikah aku?
Pada nikmatnya airmata?
Pada pedihnya tawa?
Aku hanya dapat menunggu…..
Hingga aku tak lagi merasa….

------------------

Tawa yang kau lihat adalah tangisan
Senyum yang kau dapat adalah kepedihan
Apakah tak selamanya
Airmata mampu mengungkapkan kesedihan?
Ataukah ini akhir sisi insaniku?

----------------

Jika aku menangis
Hentikanlah
Jika aku tertawa
Redamkanlah
Jika aku mengeluh
Ingatkanlah
Jika aku berdoa
Dengarkanlah
Mungkin itu akhir pintaku

-----------------

Seandainya aku tak pernah dilahirkan
Akankah kesedihan ini terhirup?
Akankah sendiri ini terasakan?
Akankah beban ini menghimpit?
Akankah keterasingan ini ternikmati?
Namun
Jika itu semua akan menimpamu
Biarlah aku yang terlahirkan

------------------

Disaat kubimbang
Aku menghampiri pagi
Namun mentari enggan bersinar
Lalu aku berjalan pada petang
Namun lembayung enggan mengembang
Dan kemudian aku berlari pada malam
Namun bintang enggan berkelip
Saat aku kembali pada hatiku
Ternyata aku telah jauh tertinggal

-----------------

Mungkin kau tak pernah tahu
Bahwa aku telah buta saat kau melihat
Bahwa aku telah bisu sejak kita bicara
Bahwa aku telah tuli saat kau berbisik
Karena aku telah mati sejak saat itu

-----------------

Aku tak ingin mengeluh
Karena keluh adalah penyesalan
Aku tak ingin tertawa
Karena tawa adalah kepura-puraan
Aku tak ingin berpikir
Karena berpikir adalah kemunafikan
Aku hanya ingin menikmati
Karena itulah aku ada

-----------------

Dapatkah kukatakan
Bahwa aku tak sanggup lagi
Kutak mampu lagi berpijak
Setiap tarikan nafasku kian berat
Saat kutahu tak ada yang bisa kudapat
Namun aku tak mengerti
Entah apa yang kutunggu
Karena,…..
Semuanya telah meninggalkanku
Namun aku masih setia menunggu

------------------

Saat ini hampa
Tanpa arah dan arti lagi
Bumi berputar
Aku diam
Aku kian sadar
Bahwa aku telah tenggelam

-------------------

Aku mencari
Aku menggapai
Aku mengejar
Aku meraba
Namun tak satupun teraih