Thursday, May 20, 2010

if i could turn back time....

terlalu banyak kalimat yang hendak terucap hingga akhirnya tak satupun kata tak bisa terlontar...karena semakin banyak kita berkata-kata, yang ada hanya kalimat yang menusuk hati.
kita memang sudah tidak bisa saling berkata dengan tenang seperti saat kita duduk diantara meja plastik dengan hidangan sederhana itu. semuanya kini tidak pernah sama, bahkan kita seolah tidak pernah saling peduli. aku adalah aku dan kamu adalah kamu..yang tersisa antara kita mungkin hanyalah kebencian yang seringkali meledak diantara emosi yang meluap...
entah sedih atau marah yang kini tersisa dalam hati ini...karena kau berubah, yah sangat berubah..tak pernah ada lagi keramahan antara kita, selain kesinisan dan kemarahan.
kamu mengelak banyak hal, dan aku biarkan itu berlanjut..
kusesali banyak hal dari sekian banyak waktu yang terlewati selama ini. sesal akan apa yang terjadi diantara kita, sesal akan masalah-masalah kita, sesal akan semua kesalahan, sesal menyakitimu, sesal terlalu menyayangimu sampai ku tak punya waktu menata hidup dan masa depanku kelak..namun yang paling kusesali adalah sesal akan kebencian kita....kalau saja mungkin bisa kuputar waktu, aku hanya ingin kembali ke masa ketika kita masih baik2 saja, dan saat itu aku akan melupakannya, tanpa perlu menunggu datangnya kebencian dalam diri kita seperti saat ini...

Tuesday, May 11, 2010

Segelas teh manis buatan mama

Segelas teh manis dingin buatan mama selalu menungguku selepas pulang kuliah dulu. Tak seharipun kulewati tanpanya. seringkali ketika menyentuhnya ku membayangkan kau memasukkan dua sendok teh gula kedalam gelas plastik bertutup itu, kemudian menumpahkan air panas kedalam teh celup yang sesekali kau angkat menghindari pahit berlebih. Tak lepas juga ku memikirkan ketika dengan hati-hati kau masukkan gelas itu dalam pendingin dan menjaganya baik-baik agar tidak ada yang meminumnya kecuali aku. Begitu sederhana. Namun kesederhanaan itu telah memaknai hidupku. Sama halnya dengan setiap kau melepasku pergi dengan mengantarku hingga hilang dari pandanganmu, atau dengan sms mu yang rutin muncul lebih dari 3 kali dalam sehari yang isinya selalu sama Neng udah bangun?, neng udah makan? atau neng istirahat ya met tidur, ati-ati ya sayang mama. Walaupun kadang kujawab dengan singkat tapi kau tidak pernah mengeluh.
Kau pun bahkan rela tertidur hingga jauh tengah malam ketika aku pulang hanya demi mendengar ceritaku, walaupun keesokan harinya masih harus bergelut dengan rutinitas harianmu yang seolah tidak berjeda itu.
Bahkan kini, diusiaku yang lebih dari setengah usiamu, kau masih setia menunggu selarut apapun aku pulang, dan segera menyediakan segelas air putih hangat yang selalu kutolak karena merasa seolah dilayani. "seharusnya mia yang melayani mama, bukan sebaliknya" itu kataku, yang sebelumnya kau tentang namun akhirnya pahami maksudku.
Air matamu mudah terurai ketika mendengar satu dari kami sakit atau tertimpa kesulitan. Kau selalu menomor satukan kami, dibanding dirimu sendiri.
Ditengah kekesalanmu kau pun tidak bisa menutupi kepedulian dan kasih sayangmu. Masih kuingat saat kau baru saja menangis karena kesal pada papa, tapi kau justru memintaku menyediakan makan untuknya. Aku tahu, dibalik kalimat ketusmu, kau tetap menyimpan rasa sayang dan khawatirmu walau rasa kesal masih menyelimuti.
Kekhawatiran berlebihmu itulah yang sering membuat aku menyimpan sendiri kesusahanku agar tidak membebanimu. Karena kuingin hanya membagi suka denganmu, dan menjagamu seperti halnya kau menjagaku, meski rasanya itu tak akan pernah sama.
Ma, takkan pernah cukup kata terimakasih untuk semua pengorbananmu selama lebih dari separuh hidupmu mengabdi pada keluarga ini. Tidak akan pernah bisa aku membalas semua yang telah kau berikan selama ini.
terimakasih ma, untuk kesabaranmu mengandungku selama 9 bulan, menahan sakit selama 3 hari menjelang kelahiranku yang lama tiba, melahirkanku dinihari itu, mengasuh dan membesarkanku sepenuh hati. Terimakasih telah menjaga hati dan perasaanku.
Selamat ulang tahun Ma, semoga Allah SWT memberikan kebahagiaan, kesehatan, dan selalu menjagamu. Ma, kau adalah belahan jiwaku, penyempurna hidupku, dan segalanya bagiku. Kau adalah aku. Ma, mencintaimu bukan sekedar keinginanku, tapi kebutuhanku.

Love u so much Ma, more than words can say...

Pria yang kucintai itu...

Sekilas, mungkin akan banyak orang yang tak suka dengan sifat dan kebiasaan laki-laki ini. mudah marah, tidak mau didebat, dan tidak suka basa basi. wajarlah kalau dia suka terlibat konflik kecil dengan banyak orang.
Sejak dulu aku selalu memperhatikan sikap dan gelagatnya, bahkan aku seringkali duduk diam kala dia mengerjakan hobinya, duduk termenung sambil merokok, atau asyik dengan mesin ketiknya masih dengan rokok ditengah jemari. dia kadang usik, tapi kadang seolah sengaja membiarkan aku memperhatikannya. hanya sesekali melirik. kemudian kembali serius ke urusannya.
Kami jarang berjumpa, karena pekerjannya yang kemudian aku pahami saat ini. kadangkala, rasa bosan dan malas menjumpainyapun datang, tapi aku selalu berusaha terlihat dihadapannya. bukan untuk menerima pujiannya tapi siap menerima kemarahannya yang entah kenapa jarang sekali dialamatkan padaku.
Aku berusaha mengenalinya sejak dulu, lewat pengamatanku dan lewat percakapan kami yang mungkin lebih sering diisi dengan cerita panjangnya. Pidato, dulu begitu sering aku bilang. Dia sangat keras, tapi dia jarang mengeluh, bahkan dalam sakitnya. dia sering sekali menyembunyikan perasaannya, itu yang aku tahu.
Sering sengaja aku menahan kantuk cuma sekedar ingin mendengar dia bercerita. Dia senaaaang sekali bercerita tanpa ujung. kadang kita tertawa lepas, atau menangis berdua. Dia bercerita banyak hal yang saat itu tidak banyak kuserap karena tujuanku hanya ingin berbagi dengannya.
Namun dibalik keras hatinya, ada kelembutan disana. ketika kulihat laki-laki ini menangis dihadapanku, atau ketika ia dengan sengaja merapikan kumpulan sandal-sandal diluar rumah yang terkena hujan karena merasa seperti kami yang kehujanan, atau ketika setiap tahun dia menuliskan surat yang membuat hatiku selalu menangis, juga ketika dia selalu setia menemani sakitku disamping tempat tidur hampir setiap malam hingga aku terlelap.
Kini dia mulai terlihat lemah..banyak perubahan yang kulihat dan kurasakan. Dia jarang sekali berbicara. rutinitasnya hanya dihabiskan didepan televisi atau duduk sambil menikmati kopi dan rokoknya sendirian. Masih mudah marah, namun terkadang manja. Dia hanya mau mendengarkan ucapanku, entah untuk urusan makan, berobat, bahkan untuk mencukur rambutnya.
Seperti hari ini, ketika dia enggan beranjak pergi karena badannya yang masih lemah usai sakit membuatku harus memanggil tukang cukur langganannya kerumah. Atau hari kemarin ketika dia akhirnya menyetujui paksaanku untuk mengurangi merokok dan mengganti kopinya dengan gula rendah kalori. Atau hari-hari sebelumnya ketika kupaksa dia untuk berobat dengan setengah menangis.
Ah Pa entah apa kau tau perasaanku ini. yang kutahu berlipat-lipat kau marah, berlipat-lipat pula rasa sayangku. Dan setiap kali bertemu denganmu bergetar hatiku karenanya.
Cepetlah sembuh Papaku tersayang, I'll do anything for you.. love u so much

Saturday, May 08, 2010

Ada yang hilang

rasanya ada yang hilang dalam hati ini
terasa hampa, kosong, sepi, sendiri, bingung,sedih, marah, kecewa, semua campur jadi satu...
tapi dibalik semua rasa marah dan kecewa yang ada, yang paling terasa adanya rasa kekosongan itu...
biasanya hampir setiap hari kami selalu menyapa, bahkan bertengkar pun setiap hari...
tapi semuanya kini mulai hilang,
setelah 6 tahun selalu ada pesannya, senyumnya, marahnya, candanya, menyebalkannya...tapi kini semua harus hilang
mungkin juga ini yang terbaik, biar tak lagi ada saling menyakiti, dan biar dia menggapai kebahagiaannya yang hakiki...

maka, bahagiakanlah dia Tuhan....


Thursday, May 06, 2010

BELAJAR IKHLAS



ikhlas, satu kata yang mudah diucapkan tapi sangat sulit diterapkan..tak semudah itu bersikap ikhlas untuk sesuatu yang telah kita korbankan dan perjuangkan akhirnya berbalik kehilangan atau bahkan menyakiti diri kita sendiri.

mungkin ini menjadi pengalaman paling berharga dalam hidup saya, mengenal apa sebenarnya esensi ikhlas itu sendiri. Ikhlas menurut bahasa adalah sesuatu yang murni yang tidak tercampur dengan hal-hal yang bisa mencampurinya. ikhlas, ridho, rela, apapun istilahnya dalam pengertian pikir saya adalah kondisi pasrah akan keadaan dan berusaha menjalaninya sebaik mungkin, tanpa ada rasa kecewa, sedih, marah dan rasa negatif lainnya.

hmmmm susah juga ternyata..apa mungkin saya bisa bersikap seperti itu. apalagi, dengan sifat saya yang emosi, kadang egois, sensitif dan seringkali tersinggung mungkin ikhlas adalah salah satu sikap yang sangaaaattttt sulit diterapkan.

lantas, bagaimana jika saya harus terpaksa bersikap ikhlas akan kondisi?? akankah saya masih mampu memberontak.?? ternyata tidak, ketika keikhlasan saya dihadapkan pada keinginan orang lain ternyata ikhlas harus saya terima walau sesakit dan sesulit apapun itu. karena saya, memang tidak bisa memaksakan orang lain untuk mau selalu ada di sisi saya ketika dia tidak menginginkannya. saya tidak bisa memaksakan orang lain mau menyayangi saya seperti saya menyayanginya. saya juga tidak bisa memaksakan hatinya merasa nyaman bersama saya.

karena itu, saya terpaksa ikhlas saat ini..demi kondisi yang ada, demi hati yang terbelenggu oleh rasa keterpaksaan, dan terutama demi kebahagiaannya..

dan kini, saya akan belajar ikhlas...

ikhlas menjauh darinya, ikhlas untuk segala apa yang terjadi selama ini, ikhlas membagi kebahagiaan yang mungkin pernah ada...

Ya Rabb, tuntun aku dalam menggapai keikhlasan ini...amin