Monday, November 20, 2006

Femidom, bukti kegoisan laki-laki????



Sudah bukan rahasia lagi banyak laki-laki yang tidak suka memakai kondom saat berhubungan seksual.
Alasannya, dengan kondom kenikmatan dalam berhubungan seks menjadi berkurang, dan akhirnya mereka membiarkan ritual seksual yang satu ini berjalan tanpa adanya pengaman. Buruknya, banyak kaum pria yang enggan menggunakan kondom ini saat berhubungan dengan wanita yang bukan pasangannya. akibatnya, resiko penularan penyakit kelamin ke pasangannya akan semakin besar. Kalau sudah begini, maka siapa yang bisa disalahkan? Bahkan saat ini tercatat 43% kasus infeksi HIV di papua terjadi pada perempuan baik kalangan penjaja seks hingga ibu rumah tangga.
Menjawab hal tersebut, inovasi kondom wanita atau femidom pun mulai diciptakan. Tujuannya sudah pasti melindungi pasangan-pasangan dari kehamilan yang tak diinginkan, dan juga munculnya infeksi penyakit kelamin tadi.

Menambah gairah?
Bentuk femidom tidak berbeda jauh dengan bentuk kondom pria pada umumnya. Hanya saja, ukurannya lebih besar. Femidom berbentuk silinder dengan panjang 17 cm dan diamater sekitar 7 cm. Dikedua ujungnya, terdapat cincin yang terbuat dari polyuretan yang berguna untuk menghalangi sperma masuk ke dalam rahim.
Selain terbuat dari polyuretan, femidom juga ada yang berbahan latex. Untuk jenis yang satu ini, penghalang antara sperma dan mulut rahim terbuat dari busa halus yang bisa merangsang klitoris dan penis sehingga bisa meningkatkan gairah seksual pemakai dan pasangannya.
Perbedaan lainnya, jika kondom pria dianggap bisa mengurangi kegairahan, femidom disebutkan bisa meningkatkan gairah kedua pasangan pada saat melakukan hubungan.
namun masalahnya, apakah femidom ini bisa menambah gairah wanita jika dengan ukurannya yang cukup besar itu membuat wanita ngeri atau bahkan merasa tidak nyaman saat menggunakannya.
selain saya rasa bentuknya yang kurang nyaman, pemakaian femidom juga lebih rumit dibandingkan dengan kondom laki-laki. Untuk pemakaiannya, salah satu cincin bagian dalam dimasukkan ke dalam vagina dan ditempelkan ke mulut rahim, sementara sisi lainnya menahan posisi kondom di mulut vagina.
kelemahan lain, femidom lebih mahal dibandingkan kondom laki-laki. Jika kondom laki-laki dijual berkisar antara Rp.1500 keatas, maka femidom dijual seharga mulai dari Rp.15.000.
Selain itu, pemakain femidom pun tak bisa bebas melakukan hubungan dengan beragam gaya. Agar sperma tidak tumpah, para pasangan harus menggunakan gaya missionaries (konvensional), dan hindari posisi woman on top (padahal banyak wanita yang mengatakan posisi ini adalah posisi yang cukup nyaman bagi wanita).
Jadi, pertanyaannya kini, apakah femidom merupakan jawaban dari permasalahan? atau sumber pertanyaan baru tentang tingkat keegosian pria terhadap pasangannya? siapa yang tahu...............