Wednesday, June 27, 2007

Peranku

Berhadapan denganmu menempatkanku layaknya sebagai pemeran tokoh
kadang protagonis dan seringkali antagonis
dalam cerita yang tak pernah kupahami alurnya
entah karakter mana yang kerap kau pilih untuk kumainkan dalam skenariomu
kemarin protagonis, hari ini antagonis
dan entah apa esok, lusa dan selanjutnya
aku tidak tahu
aku hanya pemeran
yang menjalankan tokoh dalam skenariomu
yang terdiam terpaku menyaksikan penampilan para tokoh utamamu
dan berharap mendapat peran menantang
peran menjadi diriku sendiri

Tuesday, June 19, 2007

untuk perjuangan seorang kakek

Berjalan kaki, adalah salah satu aktifitas yang paling kusukai, Terutama kalau dilakukan sendirian di malam hari. Meski banyak yang bilang berjalan kaki di malam hari sangat berbahaya, apalagi untuk perempuan seperti ku
Padahal, menurutku malam hari adalah waktu terbaik menikmati keindahan sekaligus keramahan cuaca di Jakarta. Meski polusi masih banyak betebaran, namun setidaknya panasnya suhu sudah tak terasa dan keindahan lampu-lampu membuat dia tampak makin cantik ditengah malam.

Ibarat manusia, mungkin kota Jakarta bisa dikategorikan sebagai wanita yang umumnya tampil lebih cantik dimalam hari (ini mungkin hanya dimengerti oleh perempuan saja :p )
Namun 18 juni 2007 kemarin, rasanya kenikmatan itu langsung terenggut dari hatiku. Tepatnya pukul 15.00 wib ketika aku menyebrangi jembatan penyebarangan didepan hotel Le Meridien dan Sona Topas Jakarta Selatan.
Panas jakarta masih seperti biasanya, membakar kulit dan membuat pusing kepala. Langkahku pendek-pendek namun mantap menaiki satu persatu anak tangga jembatan penyebrangan itu.
Ketika tepat ditengah jembatan, duduk seorang bapak tua berusia sekitar 70an, dengan barang dagangan gelaran disampingnya. Sekilas kulirik dia, terlihat diam menyaksikan kumpulan gembok dan peralatan rumah tangga lain yang menjadi dagangannya.Walau sekilas, kulihat dia menahan kantuknya, dengan butiran keringat didahinya.
Jembatan tersebut selalu sepi sehingga saat itu aku merasa ia seolah menanti harapan kosong demi mendapatkan rupiah sekedar ongkos pulang atau membeli makan bagi perutnya dan juga keluarganya.
Uffh seharusnya sang kakek saat itu tengah tidur siang seperti layaknya para kakek lainnya, atau bahkan seharusnya dia tengah tertawa sambil mengasuh sang cucu yang terus mengganggu waktu membacanya.
Namun dia berada disitu, dengan semangatnya yang menolak menadahkan tangan hanya meminta belas kasihan orang lain, dan berjuang dengan sisa-sisa kemampuannya.
Kupaksakan diri untuk tak kembali menatapnya, dan kuteruskan langkah menuju ketujuanku.
Selesai pertemuanku, kembali kulewati rute yang sama, dan ternyata sang kakek masih berada ditempat yang sama.
Namun kini, dia tak lagi terduduk membeku, namun tengah sibuk membereskan dagangannya, karena langit tak bersahabat dengan awan mendung menggantung siap menjatuhkan hujannya.
Kali ini sama sekali tak bisa kulepaskan tatapanku dari sosok yang mungkin penuh derita, karena pengalaman hidup dan penderitaan yang makin membungkukkan tubuhnya.
Dengan telaten dia membereskan dagangannya, dan merapikannya dalam sebuah karung lusuh yang sudah tertambal disana sini. Aah ingin rasanya membantunya, namun kulihat dia begitu serius hingga tak menanggapi sapaanku. Sambil berjalan terus kupanjatkan harapanku. Semoga hidupmu lebih baik dari saat ku melihatmu. Dan semoga hidup mau berkompromi pada perjuanganmu selama ini. Yah semoga saja……………

Thursday, June 14, 2007

i'm in love

Pagi ini,
Ku tatap cermin,
Kulihat wajahku segar bersemu
Senyumnya berbeda dari biasanya
Rambutku mengembang sempurna
Bibirku tetap penuh tapi tampak merah merekah
Semuanya tampak terlihat sempurna
Tapi entah apa yang berbeda
Oh ya ternyata kini aku tengah jatuh cinta
Jatuh cinta pada diriku sendiri
Ah…….

Monday, June 11, 2007

to all people that i love

hei siapa kau?
beraninya kau datang ketika hatiku tengah gundah?
siapa kau?
beraninya kau diam-diam masuk dalam hidupku dengan semua kelazimanmu?
siapa kau?
aku tak kenal kau
selain sosok diam bermisteri
yang terbahak norak saat tergelitik canda
yang gemar menggosok hidung saat serius dan gugup
yang berjalan dengan goyangan kepala naik turunmu
hei siapa kau?
kenapa kau masih berdiri disini?
hanya diam dan hanya diam
hei siapakah kau?


Kita duduk terdiam
Dikursi besi tua berkarat
Dibawah pohon beringin raksasa
Dengan teman angin tengah malam Jakarta
ditaman luas mereka berpasangan, dengan kita diantaranya
Helaian daun gugur menerpa wajahku
Kita begitu dekat....
tapi ku tak merasakanmu
tubuhmu disampingku
dan kuhanya mampu menghirup aromanya
ahh berat rasanya, tapi ku cinta saat itu
for u out there

01.00 dinihari ini langit cerah
kilatan cahaya televisi masih setia berkilat
suara gemirisik air terus bersahutan
hingga pagi dan malam menyapa bergantian
bosan? mungkin
lelah? entahlah
benci? tak tahulah
namun pasti kurindukan
to life

dia menghampiri
dengan jemari mungilnya dia usap kepalaku
suara kecilnya singkat berkata
i love u bunda
kemudian dia kembali berlari pada sepeda kecilnya
namun aku disini
masih terpukau
masih berderai
masih tersenyum
masih menikmati
usapan jemari mungilnya
yang mungkin merasakan kepedihanku
my little sunshine

tubuhnya mulai terlihat makin ringkih
dengan kerutan dalam dibawah matanya
sosok yang dulu dan kini begitu kutakuti
dia kini terlihat jauh berbeda
seringku seolah tak peduli
dalam diamnya, marahnya, duduknya, bahkan tidurnya aku tahu
ada jiwa yang terbelenggu
karena dalam dirinya kulihat diriku
maaf jika selama ini tak sempat terlontar ucapan cinta dari bibir ini
tak pernah ada lagi pelukan hangat dari tangan ini
tak pernah ada lagi telinga yang bisa mendengar kesahmu
biarlah aku mencintaimu dalam kesunyian ini
karena didalam hatimu
kau pasti tahu aku adalah dirimu
dad, for love

uffhh seketika damai menyelimuti
ketika kudengar suara itu
suara itu begitu biasa, namun lembut dan menyentuh kalbuku
suara yang kerap melantunkan kata,
petuah, senandung, kemarahan, dan juga kesedihan
suara yang akrab menyapa telingaku sejakku menyapa dunia ini
suara yang selalu kurindukan
bahkan saat kebencian bersemayam dihatiku
suara yang ingin selalu kudengar selamanya
suara pemberiku kekuatan
bahkan dikala aku merasa hancur
my mom my hero

empat tahun lalu aku melihatnya
dengan tubuh mungil dan kulit coklatnya
dia terlihat rentan dan rapuh, tapi entah kenapa
hatiku merasa dia berbeda, tapi entah kenapa
sejak saat itulah kita dekat, tapi entah kenapa
lantas kau berubah, entah mengapa
berani tapi ketakutan, entah mengapa
kau menolak menangis, meski ku membacanya, entah mengapa
aku tak tahu apa dibalikmu sebenarnya, entah mengapa
terkadang tampil sebagai sosok asing yang menjengkelkan, sosok ceria yang menyenangkan, atau sosok diam yang mencurigakan
kita saling tertawa, terdiam, bingung, bersenandung, marah, benci, tapi kukembali, entah mengapa
dan kini ku tetap disini, mengamatimu, mengingatkanmu, mengeluh padamu, dan terus ingin menjagamu
tahu mengapa?
karena kau sahabatku
for my bestfriend: menangis bukan kelemahan, tapi keberanian mengungkapkan perasaan.