Monday, July 30, 2007

Dalam dekapanmu..................

tubuhku hangat hingga hatiku
ragaku luluh hingga jiwaku
saat berada dalam dekapanmu
kubiarkan kau menekuri seluruh tubuhku
kubiarkan kau mengusap seluruh tubuhku
menuntaskan kerinduanmu
aku terpejam
tak hanya menikmati usapanmu
tak hanya melayang pada kisah kita dulu
ketika kita berbicara hingga malam tiba
ketika kita tidur dalam ranjang kecil itu
ketika kita berjalan bersama
ketika aku meninggalkanmu pertama kalinya
ada gurat kekecewaan disana
ada titik kesedihan disana
namun kau tak sanggup menahan
dan hanya memandangku dengan wajah sendumu
aku diam,
bukan marah,
bukan tak kecewa
hanya menahan tangis
hanya menahan rindu
dalam diamku
dalam pejamku
seperti yang kulakukan malam ini
agar tak lagi menambah bebanmu bunda

Luv u forever

Wednesday, July 18, 2007

Terimakasih Kau selamatkan aku dan keluargaku

Pagi itu, seluruh badanku rasanya sudah hampir remuk, setelah selama dua hari kemping di pulau seribu yang ternyata tidak seindah yang kubayangkan. Masih terbayang perjalanan selama dua setengah jam diatas laut yang mengombang ambing kapal kayu yang aku naiki.
Perjalanan pulang diatas kapal yang nyaris terbalik itu, membuat aku berpikir dan berdoa selama perjalanan. Tuhan, jangan ambil nyawaku saat ini, karena masih banyak kesalahan dan kewajiban yang harus kujalani saat ini.
Langsung terbayang wajah keluargaku satu persatu, dan aku bertekad tak bisa mati hari ini karena mereka tak boleh menderita. Aku tak takut mati untuk diriku sendiri, namun aku takut untuk meninggalkan keluargaku.
Mungkin Tuhan mendengar doaku. Perjalanan mencekam itupun berakhir pula, dengan sisa-sisa wajah pucat seluruh penumpang dikapal yang bau amis dan sesak penumpang itu.
Terimakasih Tuhan, hari ini Kau selamatkan nyawaku, demi keluargaku aku bersyukur padamu.

Perjalanan yang hampir merenggut nyawa ku itu, belum lagi selesai kusyukuri. Tiba-tiba ketika mataku masih terpejam suara sms masuk, didalamnya tertulis, aku harus menghubungi rumah karena masalah penting.
Hughhhh tiba-tiba dadaku terasa seperti ditimpa atap diatas kamarku.
Imam, Adikku yang selama ini selalu rajin kumanja, kumarahi, dan bahkan kuperintahkan tabrakan? Langsung terlintas beragam pikiran buruk yang terjadi pada dirinya. Aku tiba-tiba tidak bisa bernafas, dan tidak bisa berkata hingga Ena, adik perempuan pertamaku, berteriak memanggil menyadarkan kesunyianku.
Dia berkata, adikku Imam mengalami kecelakaan di daerah Serpong sejak malam tadi, dan sekarang tengah berada di tempat pijat tulang yang entah dimana keberadaanya, mereka belum tahu pasti.
Aku lemas, tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan. Langsung kurebahkan kepala dan tubuhku diatas kasur lantai yang menjadi teman tidurku selama beberapa bulan belakangan ini. kuraih minyak kayu putih disamping tubuhku, dan langsung kubaluri seluruh tubuhku sambil tak terasa air mata terus mengalir. Aku menangis tanpa suara.
Sekuat hati dan tubuh kuangkat tubuhku untuk mandi dan bersiap pergi, aku bertekad untuk pulang hari ini. sepanjang perjalanan, hati dan pikiranku tak menentu. Tak henti ku hubungi teman adikku yang saat itu menemaninya.
Aku marah dalam tangisku, karena mereka tak memberikan keterangan yang jelas. Bahkan mereka memberitahu sampai sekarang kondisi adikku belum juga mendapatkan perawatan. Aku berteriak “tolong bantu adikku, dan jangan takut tidak aku bayar nanti,” rasanya hanya dengan kemarahan itulah aku bisa melepaskan sesaknya dada ini.
Sampai dirumah kudapati keadaan menegang. Mama, hanya mampu menangis saat memelukku. Dan aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan.
Perjalanan ayah, kakak, dan tetanggaku menjemput adikku yang ternyata dibawa ke wilayah bogor yang entah kutahu dimana rasanya seperti setahun. Sejak pukul 10 pagi mereka pergi, akhirnya mereka baru kembali pukul 02 siang.
Aku yang tengah cemas menantikan kedatangan mereka, langsung terbangun ketika kudengar suara mobil memasuki pekarangan rumah. Dari kaca mobil kulihat wajah adikku yang pucat. Oh Tuhan, aku menjerit dalam hati, terimakasih Kau telah selamatkan adikku.
Dalam bopongan kakak dan ayahku, kulihat dia meringis menahan sakit karena retaknya tulang telapak kakinya, begitu menurut keterangan ayahku. Aku Cuma bisa melihat wajahnya yang seolah takut menatapku mungkin karena rasa bersalahnya.
Aku diam, dan kemudian menangis sambil mengelus kepala dan wajahnya. Bahkan aku tidak ingin mengeluarkan sepatah katapun. Aku bersyukur kamu selamat, hanya itu ucapku dalam hati.
Saat itu kusadari, betapa aku tidak akan sanggup kehilangan dia. Meski dia sering merajuk, menjengkelkan, dan bahkan membuatku menangis karena marah, namun aku tetap tak ingin kehilangannya. Tidak untuk kapanpun.
Tuhan, dua kali kau hindarkan aku dan adikku dari maut. Terimakasih atas semua anugerahmu selama ini. Meski dalam alpaku Kau masih menyayangiku. Ampunkan aku dalam semua kesalahanku. Tuhan, lindungi aku, ayah, ibu, adik-adik, dan kakak-kakaku hingga aku bisa menepati janjiku membahagiakan mereka.

Tuhan terimakasih untuk segalanya.

Tuesday, July 17, 2007

ufffhhhh











maaf
jika selama ini kuselalu membebanimu, menyakitimu,menjengkelkanmu, bahkan mempermalukanmu
kalau saja semua bisa kuulang
kuharap tak pernah hadir dalam hidupmu
agar hidupmu tak pernah ada airmata,
penderitaan, ketakutan, dan rasa bersalah karena diriku
kalau saja......

rasanya biasa
ketika kau singgah
saat butuh teman bicara
ataupun butuh hangat dalam dinginnya malam
dan semua biasa
ketika kau pergi
saat ceria hidupmu kembali
ataupun tak lagi ada sedih dihatimu
bagiku biasa
ketika kau datang dan pergi
entah dalam bisik ataupun dalam kesunyian
namun kini tak lagi biasa
ketika ucapmu menggores hati
dan itu terlalu dalam
aku ingin terbiasa,
namun itu tak lagi biasa
kini hatiku bagai pantai
yang sebentar mengering
dan kemudian basah kembali
oleh luka ombakmu

aku masih ingat,.....
ketika harus setia menunggu disetiap tempat janji pertemuan kita
ketika panas menyengatku saat menantimu disebuah halte,
ketika gerimis membasahiku saat menantimu disebuah mall,
bahkan ketika hujan deras mengguyurku saat harus menjemputmu
semuanya tak kuhiraukan
aku tetap menunggu, entah kenapa
mungkin kau tak pernah ingat,..........
ketika aku dengan ikhlas, rela kau tinggalkan ditepi jalan,
hanya karena takut kau terkena panas,gerimis, dan hujan yang tak pernah kugubris kedatangannya
mungkin kau tak pernah tahu,...
ketika aku rela menanggalkan kebutuhan dan keinginanku
sekedar untuk menyenangkanmu
mungkin kau tak pernah sadar,....
ketika seringku berdusta menghalau nyeri, lelah, malas, dan kesibukanku untuk setia padamu
namun,...
aku tak menyesalinya
tak akan pernah menyesal
bahkan jika itu harus ku ulang seribu kali lagi

dulu,
kupikir kita dekat
kupikir kumengenalmu
setelah sekian lama kita bertemu
tapi ternyata aku salah.....
namun aku mengerti
sangat mengerti bahkan
karena itulah aku pergi
karena aku sangat mengerti

hujan datang lagi
namun kini sangat deras
bukan gerimis,
yang biasanya kunikmati
ia tak hanya membasahiku
namun menenggelamkanku
dalam kesendirian
dalam kesakitan
dalam kedinginan
dalam penantian
menuju hujan badai

aku tak ingin lagi
malam membiarkanku menghitung bintangnya
aku tak ingin lagi
siang membiarkanku tersengat mentarinya
dan aku tak ingin lagi
kau biarkan aku kembali mengganggu hidupmu
karena aku tak ingin lagi
hanya tak ingin lagi
bisakah????

langit gelap,
awan hitam
bintang kelip,
aku diam
kamu diam
kalian diam
dan pagipun datang

Friday, July 13, 2007

Maaf

Akhirnya kusadari
bahwa yang peduli hanya kalian
keluarga yang mungkin selama ini masih sering kuabaikan
sedangkan mereka,
hanya datang disaat butuh, tanpa peduli kapan dibutuhkan
yah, kamu, kamu, dan kamu semua
yang membuat semua pengorbananku seolah sia-sia
yang membuat letih dan keringatku seolah sebuah keharusan
aku tak berpamrih,
hanya berharap waktu, keringat, dan usahaku kalian hargai
bukan dengan materi, perhatian, sayang, cinta atau apapun istilahnya itu
aku hanya berharap, kamu, kamu, dan kamu semuanya bisa menghargaiku
seperti kamu, kamu dan kamu semua menghargai orang lain.
biarlah semua hal yang telah lewat menjadi bagian dari hidupku
menjadi garis yang membuatku bahagia,
bisa sedikit memberi kebahagiaan pada kamu, kamu, dan kamu semuanya
namun kini,
saatnya bagi diriku menjalani hidup,
mencari kebahagiaan diantara penderitaan
mencari tawa diantara tangis
dengan jalanku sendiri, dengan caraku sendiri
tanpa bantuanmu, tanpa membebani kamu, kamu dan kamu semuanya
kalau hari kemarin kubanyak membebani kamu, kamu dan kamu semuanya
saatnya kumelepaskan beban kamu, kamu dan kamu semuanya
maaf atas semua beban dan penderitaan kamu, kamu dan kamu semuanya
karena keegoisanku,
kekanakanku,
kemarahanku
dan segala keburukanku

Monday, July 09, 2007

Aku tetap bahagia karena mereka

Lebih dari sebulan usai ulang tahunku, ternyata masih ada satu kado istimewa yang aku terima hari ini. Selembar kertas usang kutemukan diantara tumpukan pakaianku dilemari
sekilas langsung kukenali bahwa itu adalah tulisan papa. Karena hanya dia yang mungkin dijaman serba modern ini masih menggoreskan tulisannya dengan menggunakan mesin ketik tuanya.

sebaris kubaca isinya, langsung tak bisa kutahan air mataku. kuputuskan untuk menutup kembali selembar kertas itu, dan membatalkan niatku membacanya. rasa malu menangis dihadapan keluargaku, masih besar kurasakan sampai saat ini. Karena aku tak ingin mereka bersedih atau kepikiran melihat aku sedih nantinya.
yah akhirnya kulipat rapat-rapat kertas yang sudah hampir kusut itu, dan menyimpannya baik-baik didalam tas merahku.
saat didalam bus perjalanan ke tempat kerja, akhirnya kuberanikan diri membuka kembali surat itu. baris demi baris kubaca, hingga tuntas. dan hampir disetiap baris kutak bisa menahan air mataku.
goresan tangan ayah yang selama ini membimbingku, membesarkanku, dan mencintaiku sepenuh hati, mampu meremukkan hatiku dalam sekejap.
kata-katanya seperti biasa, sederhana khas tulisannya selama ini. kekhas-an yang dia turunkan padaku saat ini.
dia mengeluhkan tentang sulitnya membahagiakan kami, dan juga aku anak-anaknya. betapa menyesalnya dia tak bisa membuatku bahagia selama ini. Tapi jujur, aku tak pernah merasakan menderita seperti yang dia perkirakan. aku bahagia, dengan diriku, keluargaku dan kehidupanku selama ini. tidak pernah sedikitpun aku merasa miskin materi ataupun kebahagiaan ditengah keluargaku selama ini.
Jika saja aku dihadapkan dalam sebuah pilihan, ingin seperti apa kehidupanku sebelumnya? maka aku akan memilih kehidupan yang telah aku jalani selama ini. karena apapun yang aku dapatkan selama ini, baik kebahagiaan dan kesedihan semua mampu kunikmati hingga ke ujung pori-poriku.
aku bahagia, dan sangat bahagia dengan mereka, bahkan hingga akhir hidupku aku akan terus bahagia bersama mereka. karena hanya karena merekalah aku mampu bertahan dan berjuang seperti saat ini......


Kado buat anak ketigaku

sumpah!
aku tersentak dan tertegun
ketika kutahu umur anakku sudah 28 tahun
padahal
masih segar dalam ingatanku
ketika tangan kecilnya masih menggapai
suaranya masih terngiang cadel dan tidak jelas
aku bercanda, aku tertawa
ketika kulihat tingkah lucunya

sumpah!
aku kaget dan terharu
ketika kusadar aku telah tua dan tak berdaya
sebab hari ini
selasa 29 mei 1979
engkau genap berusia 28 tahun
engkau tapaki kehidupan dengan tabah
engkau jalani karirmu dengan sepenuh hati
dan,
aku cuma bisa menatap dan mendoakanmu
dan,
aku tidak bisa memberikan hadiah apa-apa

sumpah!
aku terhenyak campur gembira
dalam usianya yang kuanggap mapan itu
engkau mampu meneruskan keinginanku
padahal jika aku ingat
betapa miskin dan menderita kehidupan remajanya dulu
sementara aku cuma bisa bekerja dan berdoa waktu itu
dan aku percaya
Allah akan memberikanmu sebuah kegembiraan
dan aku percaya
waktu akan membuatmu tertawa

tangerang, 29 mei 1979

Sunday, July 01, 2007

Jenuh

Jenuh banget ya rasanya
Gak tahu kenapa, tapi rasanya jenuh banget saat ini
Mungkin jenuh kerja seharian yang terkadang dalam seminggu penuh gak berhenti
Mungkin jenuh karena harus memandang langit-langit kamar kost yang gak berubah-ubah
Mungkin jenuh bertemu dengan orang-orang yang itu-itu saja
Mungkin jenuh mesti bersikap baik sama semua orang
Mungkin jenuh berkorban
Mungkin jenuh disepelekan
Mungkin jenuh disakiti
Atau mungkin jenuh sama kamu!!!!!!!
Jenuh pada sikapmu, perlakuanmu, keegoisanmu
Jenuh pada semua tentangmu……
Jenuh……

Jenuh

Ter…nyata hati, tak bisa berdusta
Meskiku coba, tetap tak bisa
Dulu cintaku, banyak padamu
Entah mengapa, kini berkurang

Reff :
Maaf ku jenuh padamu
Lama sudah kupendam
Tertahan dibibirku
Mauku tak menyakiti
Meski begitu indah
Ku masih tetap saja…. jenuh ….

Taukah kini, kau kuhindari
Merasakan kau, ku lain padamu
Cinta bukan, hanya cinta saja
Sementara kau, merasa cukup

By: Rio Febrian