Wednesday, July 18, 2007

Terimakasih Kau selamatkan aku dan keluargaku

Pagi itu, seluruh badanku rasanya sudah hampir remuk, setelah selama dua hari kemping di pulau seribu yang ternyata tidak seindah yang kubayangkan. Masih terbayang perjalanan selama dua setengah jam diatas laut yang mengombang ambing kapal kayu yang aku naiki.
Perjalanan pulang diatas kapal yang nyaris terbalik itu, membuat aku berpikir dan berdoa selama perjalanan. Tuhan, jangan ambil nyawaku saat ini, karena masih banyak kesalahan dan kewajiban yang harus kujalani saat ini.
Langsung terbayang wajah keluargaku satu persatu, dan aku bertekad tak bisa mati hari ini karena mereka tak boleh menderita. Aku tak takut mati untuk diriku sendiri, namun aku takut untuk meninggalkan keluargaku.
Mungkin Tuhan mendengar doaku. Perjalanan mencekam itupun berakhir pula, dengan sisa-sisa wajah pucat seluruh penumpang dikapal yang bau amis dan sesak penumpang itu.
Terimakasih Tuhan, hari ini Kau selamatkan nyawaku, demi keluargaku aku bersyukur padamu.

Perjalanan yang hampir merenggut nyawa ku itu, belum lagi selesai kusyukuri. Tiba-tiba ketika mataku masih terpejam suara sms masuk, didalamnya tertulis, aku harus menghubungi rumah karena masalah penting.
Hughhhh tiba-tiba dadaku terasa seperti ditimpa atap diatas kamarku.
Imam, Adikku yang selama ini selalu rajin kumanja, kumarahi, dan bahkan kuperintahkan tabrakan? Langsung terlintas beragam pikiran buruk yang terjadi pada dirinya. Aku tiba-tiba tidak bisa bernafas, dan tidak bisa berkata hingga Ena, adik perempuan pertamaku, berteriak memanggil menyadarkan kesunyianku.
Dia berkata, adikku Imam mengalami kecelakaan di daerah Serpong sejak malam tadi, dan sekarang tengah berada di tempat pijat tulang yang entah dimana keberadaanya, mereka belum tahu pasti.
Aku lemas, tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan. Langsung kurebahkan kepala dan tubuhku diatas kasur lantai yang menjadi teman tidurku selama beberapa bulan belakangan ini. kuraih minyak kayu putih disamping tubuhku, dan langsung kubaluri seluruh tubuhku sambil tak terasa air mata terus mengalir. Aku menangis tanpa suara.
Sekuat hati dan tubuh kuangkat tubuhku untuk mandi dan bersiap pergi, aku bertekad untuk pulang hari ini. sepanjang perjalanan, hati dan pikiranku tak menentu. Tak henti ku hubungi teman adikku yang saat itu menemaninya.
Aku marah dalam tangisku, karena mereka tak memberikan keterangan yang jelas. Bahkan mereka memberitahu sampai sekarang kondisi adikku belum juga mendapatkan perawatan. Aku berteriak “tolong bantu adikku, dan jangan takut tidak aku bayar nanti,” rasanya hanya dengan kemarahan itulah aku bisa melepaskan sesaknya dada ini.
Sampai dirumah kudapati keadaan menegang. Mama, hanya mampu menangis saat memelukku. Dan aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan.
Perjalanan ayah, kakak, dan tetanggaku menjemput adikku yang ternyata dibawa ke wilayah bogor yang entah kutahu dimana rasanya seperti setahun. Sejak pukul 10 pagi mereka pergi, akhirnya mereka baru kembali pukul 02 siang.
Aku yang tengah cemas menantikan kedatangan mereka, langsung terbangun ketika kudengar suara mobil memasuki pekarangan rumah. Dari kaca mobil kulihat wajah adikku yang pucat. Oh Tuhan, aku menjerit dalam hati, terimakasih Kau telah selamatkan adikku.
Dalam bopongan kakak dan ayahku, kulihat dia meringis menahan sakit karena retaknya tulang telapak kakinya, begitu menurut keterangan ayahku. Aku Cuma bisa melihat wajahnya yang seolah takut menatapku mungkin karena rasa bersalahnya.
Aku diam, dan kemudian menangis sambil mengelus kepala dan wajahnya. Bahkan aku tidak ingin mengeluarkan sepatah katapun. Aku bersyukur kamu selamat, hanya itu ucapku dalam hati.
Saat itu kusadari, betapa aku tidak akan sanggup kehilangan dia. Meski dia sering merajuk, menjengkelkan, dan bahkan membuatku menangis karena marah, namun aku tetap tak ingin kehilangannya. Tidak untuk kapanpun.
Tuhan, dua kali kau hindarkan aku dan adikku dari maut. Terimakasih atas semua anugerahmu selama ini. Meski dalam alpaku Kau masih menyayangiku. Ampunkan aku dalam semua kesalahanku. Tuhan, lindungi aku, ayah, ibu, adik-adik, dan kakak-kakaku hingga aku bisa menepati janjiku membahagiakan mereka.

Tuhan terimakasih untuk segalanya.