Tuesday, April 08, 2008

Jika aku sebuah halte

Anggaplah aku sebuah halte di pinggir jalan pulangmu, ketika hujan turun dan kau harus berteduh di bawah ku.
Meski aku melindungimu dari derasnya hujan, angin tetap memercikan air ketubuhmu. Suhu dingin bahkan tetap kau rasakan. Dan kau tak sabar untuk pulang. Setiap menit kau hitung waktu kapan hujan akan segera berakhir. Karena rasa asing dan tak nyaman, kepalamu mendongak ke atas langit menanti cerahnya datang.
Ketika gerimis masih setia menyentuh tanah, kau putuskan untuk pergi menuju rumah yang menghangatkanmu, meski harus menerobos dinginnya hari itu. Kau tetap pulang, dan memutuskan tak kembali dan melupakan halte ku.