Hari pertama puasa kemarin, sengaja aku sahur dan berbuka bareng keluarga dirumah. (biasanya aku jarang pulang kerumah belakangan ini).
Pertama kali pulang, aku mesti jenguk kakak tertua ku dirumahnya yang sakit penyumbatan ginjal. Udah cukup lama juga gak ketemu dia, dan waktu lihat dia tidur dengan kondisi kakinya yang bengkak, gak kerasa air mata langsung jatuh. Ngerasa berdosa dan bersalah, itu mungkin yang pertama kali terasa. Soalnya, kakak ku yang satu ini, termasuk yang paling sayang sama aku sejak dulu. Tapi karena kerjaanku yang sok sibuk, akhirnya aku malah terkadang melupakan mereka.
Yang bisa kulakukan cuma duduk disampingnya yang lagi tidur dengan dengkurannya. Sambil berdoa dalam hati, gak kerasa air mata terus jatuh (emang cengeng kali ya :p).
Setelah ngobrol panjang lebar dan bertanya soal sakitnya, aku pamit pulang bareng mama, yang karena kepanikannya hingga lupa kalau esok adalah hari puasa pertama dimulai.
Setelah berbelanja dengan mama tercinta, aku yang sejak mulai bekerja dulu mulai malas ngurus pekerjaan rumah karena alasan lelah, mulai kembali turun kedapur (meski gak banyak banget yang bisa dibantu karena dasarnya gak bisa masak).
Ternyata, meskipun itu merupakan hal yang biasa, kulihat mama setengah terharu melihat aku mau membantunya. Sambil bercerita tentang masa kecilku yang selalu rajin membantunya, kita terus meracik masakan sambil kadang tertawa lebar.
Malam itu pula, usai tarawih aku telpon kakak keduaku, untuk datang kerumah menengok mama yang memang tak pernah memaksa anaknya datang kerumah kalau bukan karena keinginan mereka itu.
Usai persiapan sahur, malamnya aku dan mama yang sejak dulu memang sangat akrab (duet maut, kalau kata papa ku bilang) ngobrol sampe pukul 01.00wib. “Mi, udah jam satu neng, bade bobo tabuh sabaraha?” ujar si mama sambil tertawa, sebelum akhirnya kita tertidur nyenyak.
Pukul 03.00wib, aku terbangun karena sms teman yang mengingatkan untuk bangun sahur. (karena anak kost, biasanya aku memang mengandalkan jasa teman untuk membangunkan waktu sahur). Kulihat mama masih tertidur dengan wajah yang lelah. Tak tega membangunkannya, akupun beranjak ke dapur menyiapkan santap sahur buat sekeluarga. Saat tengah menggoreng-goreng, ia terbangun dan langsung mengambil alih semuanya, meskipun aku setengah memaksa untuk menyelesaikannya.
Saat santap sahur, papa mulai membuka obrolan dengan bercerita kisah puasa tahun-tahun sebelumnya. “Dulu papa suka nggak tega liat Mia yang suka nempelin perut ke lantai biar dingin kalau tengah hari bolong waktu puasa,” ujarnya sambil terus menceritakan kisah-kisah dan tingkah polah anak-anaknya dibulan puasa.
Puasa hari pertama kemarin, benar-benar tak terasa olehku. Berada ditengah keluarga, telah membuat aku bisa melewati beratnya hari tanpa keluhan.
Saat bedug maghrib puasa haru pertama dipukul, yang pertama kulakukan hanyalah membatalkan puasa dengan segelas air putih, dan langsung menatap satu persatu wajah keluargaku.
Aku memang hanya terdiam, namun dalam hati aku merasa bahwa aku sangat rindu mereka. Meski terkadang membuat kesal dan marah, tapi mereka tetaplah nafas dalam hidupku. Mereka pulalah yang selama ini telah membuatku bertahan dalam menjalankan semuanya.
Aku, puasa dan keluargaku telah menyadarkanku akan kerinduanku pada kebersamaan kami.